Strategi "Asia Tenggara plus Cina" menjadi poros utama pertumbuhan J&T Express pada tahun 2024. Di Asia Tenggara, kemitraan eratnya dengan Shopee memuluskan usaha logistiknya di kawasan ini. Sementara di Cina, Pinduoduo menjadi mitra utama J&T Express.
Kondisi pasar logistik di kedua wilayah ini bisa dibilang berbeda. Di Cina, volume lebih besar, tetapi perolehan margin juga bersaing ketat.
Sebaliknya, pendapatan J&T Express di Asia Tenggara lebih kecil, meski margin perusahaan lebih sehat. Pendapatan dari Cina bahkan dua kali lipat dibanding Asia Tenggara pada 2024.
Kemampuan menavigasi regulasi dan sistem kemitraan lokal
Regulasi pembatasan kepemilikan asing di sektor logistik Indonesia, memaksa J&T Express menjalankan model "sponsor wilayah". Mereka menggandeng banyak mitra lokal untuk mengelola area spesifik. Strategi ini terbukti efektif membangun jaringan hyperlocal di wilayah Indonesia yang luas.
Selain tantangan regulasi, ancaman bisnis J&T Express rupanya juga datang dari dalam. Shopee yang telah menjadi mitra besarnya di Asia Tenggara memutuskan untuk menghapus layanan pengiriman J&T dari opsinya di Indonesia.
Kondisi ini menjadi sinyal dari preferensi marketplace untuk membangun layanan logistik internal demi efisiensi usaha. Meski begitu, J&T tetap optimis ada ruang bagi banyak pemain di pasar yang terus tumbuh.
Lain di Indonesia, lain di Cina
Untuk mempercepat pertumbuhan di Cina, J&T mengakuisisi dua pemain lokal: Best Inc. (milik Alibaba) dan Fengwang Express. Langkah ini mengamankan akses logistik dan ribuan mitra lokal. J&T juga mengelola armada sendiri sebesar 4900 truk demi efisiensi dan kendali atas operasionalnya sehari-hari.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar