|
| | Salam pembaca Tech in Asia Indonesia! 👋 Jika beberapa tahun lalu keberadaan AI generatif (GenAI) masih dianggap eksperimen atau pelengkap teknologi saja, belakangan ini GenAI bergeser menjadi fondasi dalam mendorong inovasi bisnis. Pemanfaatan GenAI dalam rapat para eksekutif bukan lagi sekadar soal chatbot atau upaya efisiensi back office saja, melainkan instrumen strategis yang juga memengaruhi pengambilan keputusan hingga pengembangan produk. Bagaimana GenAI mengubah wajah transformasi korporasi dan apa yang perlu diperhatikan agar implementasinya berkelanjutan? Baca selengkapnya dalam executive brief edisi hari ini. 📬 |
| | | | | | Sebelumnya, adopsi GenAI di perusahaan difokuskan pada efisiensi operasional seperti automasi tugas rutin, peningkatan produktivitas, dan pengurangan biaya. Menurut prediksi PwC, perusahaan terkemuka kini mulai menjadikan GenAI sebagai bagian integral dari strategi bisnis utama, bukan lagi sekadar fungsi pendukung belaka. Dalam skenario ideal, GenAI memungkinkan dewan direksi mengambil keputusan investasi dengan analisis data real-time. Di sektor keuangan, misalnya, GenAI kini digunakan untuk prediksi pasar, analisis sentimen, dan rekomendasi investasi berbasis big data. Kecepatan ini memberi keunggulan kompetitif dalam hal respons pasar. Indonesia masih ketinggalan Meskipun adopsi GenAI oleh perusahaan di Indonesia masih relatif rendah, PwC mengungkap bahwa dampak positif mulai terasa. Lebih dari 50 persen CEO di Indonesia melaporkan efisiensi meningkat dan 31 persen melihat pertumbuhan pendapatan berkat GenAI. PwC memproyeksi adopsi GenAI di Indonesia dalam tiga tahun ke depan nantinya akan mencakup: platform teknologi (39 persen), proses bisnis (24 persen), pengembangan produk-layanan (16 persen), pengembangan karyawan (15 persen), dan strategi bisnis inti (9 persen).
Tantangan dan prasyarat adopsi menyeluruh Namun tantangan tetap besar, dari kesiapan infrastruktur data, kejelasan regulasi, hingga kebutuhan akan kepercayaan terhadap teknologi baru. GenAI menuntut tata kelola etis (responsible AI) dan ROI-nya sangat bergantung pada pendekatan yang holistik. Indonesia belum memiliki regulasi spesifik seperti AI Act di Uni Eropa. Namun, UU PDP bisa menjadi titik awal penting bagi keberlangsungan adopsi AI. Perusahaan nantinya dituntut aktif membangun sistem yang transparan, akuntabel, dan patuh regulasi tanpa harus menunggu pemerintah bertindak lebih jauh. |
| | TLDR, berikut poin-poin yang dapat kamu petik dari artikel ini: 📌 Untuk para eksekutif bisnis dan founder startup GenAI kini lebih dari sekadar alat untuk membantu efisiensi. Teknologi ini mulai menjadi bagian integral strategi bisnis, yang juga berpotensi mengubah pengambilan keputusan dan mempercepat inovasi. Meski adopsi GenAI di Indonesia masih tertinggal dari angka rata-rata global (46 persen), eksekutif menganggap penggunaan responsible AI penting untuk menjadikan bisnis mereka lebih unggul. Dengan diberlakukanya UU Pelindungan Data Pribadi (PDP), perusahaan wajib memastikan penggunaan AI sejalan dengan prinsip pelindungan data untuk mengantisipasi dinamika baru di masa mendatang.
|
| | | | | | Gambaran besarnya: Dua bank asal Indonesia, yakni BNI dan Mandiri, tengah memperluas layanan pengelolaan kekayaan (wealth management) ke Singapura. Mereka menargetkan pasar yang nilainya diperkirakan bisa mencapai Rp700 triliun. Strategi ini dilakukan seiring meningkatnya jumlah nasabah kelas atas asal Indonesia yang mengalirkan aset mereka ke Singapura, sebagai bagian dari strategi untuk memperkuat hubungan dengan nasabah individu berpenghasilan tinggi (HNWI) dan sangat tinggi (UHNWI) Indonesia. Masalahnya: Tantangan utama bagi BNI dan Mandiri adalah membangun posisi kompetitif di pasar wealth management Singapura yang sudah matang dan dipenuhi lembaga keuangan global dengan pengalaman panjang. Kedua bank ini harus bersaing tidak hanya dengan perbankan asing, tapi juga dengan pemain lokal Singapura yang sudah mapan, sembari melayani kebutuhan investasi spesifik nasabah Indonesia dalam lingkungan pasar yang semakin volatil. Kenapa ini penting: Pertumbuhan kelas menengah atas di Indonesia menciptakan peluang signifikan bagi sektor perbankan (dan tentunya startup), tapi juga tantangan dalam mempertahankan aset domestik. Peluncuran layanan wealth management dari BNI dan Mandiri di Singapura menunjukkan adaptasi bank terhadap realitas ekonomi global serta mobilitas kapital. Kemampuan lembaga keuangan dalam menawarkan layanan pengelolaan kekayaan berkualitas tinggi di luar negeri dapat membantu mempertahankan hubungan dengan nasabah utama, sekaligus memberikan kontribusi terhadap upaya jangka panjang untuk akhirnya menarik kembali sebagian kekayaan tersebut ke dalam negeri. |
| | | | | Benarkah startup greentech jadi solusi untuk mengatasi krisis iklim? Indonesia menempati posisi ke-6 sebagai penghasil emisi karbon terbesar di dunia. Namun, tahukah kamu? Startup greentech punya potensi besar untuk mengurangi emisi ini, karena menawarkan berbagai solusi mulai dari pengelolaan limbah hingga energi baru terbarukan (EBT). Investor semakin antusias mendukung startup greentech di Indonesia. Hal ini terbukti dari rekor jumlah kesepakatan pendanaan yang terjadi pada tahun 2024, menandakan adanya perhatian yang serius terhadap solusi energi berkelanjutan. Sepanjang 2024, pendanaan untuk startup EBT di Indonesia mencapai Rp1,9 triliun, menjadikannya yang tertinggi di antara solusi greentech lainnya. Namun, perjalanan startup greentech di Indonesia tidaklah mudah. Mereka menghadapi beragam tantangan, mulai dari pendanaan hingga regulasi. Whitepaper Akselerasi Transisi Energi: Peran Strategis PLN Sebagai Episentrum Pengembangan Startup Energi Nasional akan membahas lebih lanjut mengenai peran startup greentech dalam mengatasi tantangan emisi karbon di Indonesia. Di dalamnya, kamu akan menemukan: - Gambaran komprehensif tentang startup energi di Indonesia, - Analisis mendalam tentang lanskap dan tren investasi startup di Indonesia, Asia Tenggara, dan global, - Kisah sukses startup greentech di dunia yang menginspirasi, - Pembahasan mengenai tantangan yang dihadapi startup greentech dan strategi untuk mengatasinya, - Visi PLN sebagai perusahaan global dan perannya dalam mendukung inovasi energi. Dapatkan whitepaper-nya di sini, GRATIS! |
| | | | | | Tech in Asia telah menyusun daftar startup dan perusahaan teknologi di Asia Tenggara yang tetap berhasil meraup untung dalam dua tahun terakhir, meskipun data soal pendapatan perusahaan merupakan informasi yang sulit didapatkan. Baca data selengkapnya di sini. |
| | | | | | | | Init 6 dan First Move suntik pendanaan ke One% Nutrition Dana segar ini akan dimanfaatkan untuk mengembangkan produk baru serta memperluas pasar minuman sehat di Asia Tenggara. |
| | Goto umumkan pengunduran diri 4 anggota dewan komisaris Mereka yang mengundurkan diri antara lain Wakil Presiden Direktur Thomas Kristian Husted, Direktur Nila Marita Indreswari, Komisaris Garibaldi Thohir, dan Direktur Pablo Malay. |
| | Komdigi bekukan izin pengumpulan data biometrik Worldcoin Komdigi akan memanggil PT Terang Bulan Abadi dan PT Sandina Abadi Nusantara yang diduga terlibat operasional Worldcoin untuk proses klarifikasi. |
| | | | | The KPI Talks — Tech in Asia x Manager Fest | Jakarta, 10 Mei 2025 Pusing kejar target KPI di tengah gejolak pasar yang gak tentu? Kamu gak sendiri! 🤝🏻 Mengelola ekspektasi hingga arahkan tim di tengah ketidakpastian adalah tantangan nyata. Ini saatnya untuk temukan 'North Star'-mu di The KPI Talks, sesi eksklusif di Manager Fest! Pelajari taktik jitu dari pemimpin berpengalaman dari Tech in Asia, Antler, dan lainnya untuk tetap fokus dan capai hasil nyata, bahkan saat di tengah ketidakpastian.
Dapatkan juga harga spesial TemanTIA mulai dari IDR 165.000! Kunjungi techin.asia/redeem-managerfest untuk informasi lengkap dan pemesanan tiket! |
| | TIA Conference 2025 | Oct 22-23 - Jakarta Dunia teknologi sedang mengalami guncangan—dan inilah tempat untuk kembali menguatkan pijakan. TIA Conference 2025 bukan soal mengejar ketertinggalan, tapi tentang melangkah ke depan. Temukan track bisnis dan produk yang baru, program-program segar, dan ide-ide berani yang dirancang untuk kamu. Kamu sedang menghadapi tantangan, atau mencari terobosan berikutnya? Inilah saatnya kamu terhubung, belajar, dan membangun lebih kuat dari sebelumnya. Ssstt, tiket early bird hingga 70% bisa kamu beli paling lambat 30 April 2025. Yuk, dapatkan tiketmu sekarang juga! |
| | The 2025 Asia Grassroots Forum hosted by Amartha| Bali, 21-23 Mei 2025 Tahukah kamu potensi besar di balik 4 miliar orang pelaku ekonomi akar rumput? Ingin tahu bagaimana teknologi, termasuk AI, dapat mengakselerasi pertumbuhan inklusif dan memberdayakan komunitas yang sering terpinggirkan?
Bergabunglah di The 2025 Asia Grassroots Forum hosted by Amartha dan temui para pemimpin visioner seperti Retno Marsudi, UN Secretary-General's Special Envoy on Water, Cuah Kee Heng CFO Temasek Trust, Rino Donosepoetro, Cluster CEO Indonesia & ASEAN Markets Standard Chartered Bank, Dirk van Quaquebeke, Managing Partner BEENEXT, dan Grace Tahir, co-founder Everest Media Indonesia untuk mendapatkan insight transformatif dan strategi inovatif. Lebih dari sekadar dialog, kamu juga berkesempatan melihat langsung inisiatif akar rumput melalui kunjungan lapangan.
Ini adalah peluang emas bagi investor, pelaku teknologi, pembuat kebijakan, dan pemimpin organisasi untuk menjalin koneksi, menemukan peluang baru, dan menjadi bagian dari solusi nyata. Jangan lewatkan! Daftar sekarang dan raih kesempatan untuk berkontribusi pada masa depan ekonomi Asia yang lebih inklusif. Klik di sini untuk registrasi gratis! |
| |
|
|
|
| |
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar