|
|  | Halo pembaca Tech in Asia Indonesia! 👋 Pada era digital yang semakin canggih, agen AI menjadi topik pembicaraan yang semakin hangat. Namun, menurut para pelaku industri yang berbicara dengan Tech in Asia, sebagian besar eksekutif—termasuk di Asia Tenggara—masih belum bisa membedakan antara agen AI dan model bahasa besar atau large language model (LLM). Apa sebenarnya agen AI? Bagaimana potensinya bagi kawasan Asia Tenggara? Mengapa kawasan ini masih menunggu perusahaan pelopor yang berani melangkah pertama? Simak penjelasan selengkapnya dalam suguhan executive brief kami di hari ini. 📬 |
| | | | |  | Industri teknologi di Asia Tenggara sedang menantikan kemunculan perusahaan pelopor yang berani mengambil risiko dalam mengadopsi agen AI. Menurut pengamat industri AI, perbedaan antara chatbot, LLM, dan agen AI masih kerap membingungkan banyak eksekutif perusahaan di kawasan ini. Padahal, agen AI bukan sekadar menjawab teks, tapi mampu mengambil tindakan, seperti menjadwalkan, membeli, hingga menyelesaikan transaksi secara otomatis. Laporan lembaga riset IDC menyebutkan bahwa sekitar 70 persen perusahaan di Asia Pasifik meyakini bahwa agen AI ke depannya akan menjadi teknologi yang akan mendisrupsi model bisnis ekosistem dalam 18 bulan ke depan. Tantangan: dari konfigurasi API hingga kurangnya standar komunikasi
Implementasi agen AI tak semudah kelihatannya. Amit Verma selaku Head of AI and Engineering Neuron7 menyoroti kompleksitas API yang sulit dikonfigurasi dan kurang fleksibel. Sementara itu, penggunaan API berbasis trafik tinggi juga bisa memakan biaya yang sangat mahal. Belum lagi masalah lainnya seperti ketiadaan protokol standar untuk komunikasi antar agen. Resistensi dari industri yang krusial
Selain tantangan teknis, para pengembang agen AI harus berhadapan dengan pelaku industri yang sama sekali tidak memiliki toleransi risiko terhadap teknologi baru, terutama dari sektor perbankan. Otomatisasi penuh yang dilakukan agen AI akan sulit diterima oleh banyak pelaku bisnis, terutama dalam situasi di mana "angka menjadi hal krusial" dan bentuk komunikasi perusahaan memiliki implikasi hukum atau regulasi. |
| | TLDR, berikut poin-poin yang dapat kamu petik dari artikel ini: 📌 Untuk eksekutif startup dan pemerhati teknologi AI Agen AI adalah proses text to action (bukan hanya text to text), yang dapat mengotomatiskan proses operasional perusahaan secara signifikan. Pemahaman ini perlu ditekankan. Pasar agen AI diperkirakan tumbuh dari US$5,2 miliar (Rp87,7 triliun) pada 2024 menjadi US$197 miliar (Rp3.321 triliun) pada 2034. Menariknya, justru para pengembang di Asia Tenggara yang lebih memahami teknologi ini dibanding kalangan eksekutif. Namun, adopsi agen AI terbilang lambat serta terkesan setengah hati, karena sikap konservatif dan kekhawatiran reputasi dari industri yang melirik cara mengadopsinya.
|
| | | | |  | Gambaran besarnya:
Pameran dagang dinilai sebagai medium penting untuk mencari mitra dagang baru, terutama karena banyak negara mulai mengalihkan fokus ekspor dari Amerika Serikat (AS) akibat kebijakan tarif resiprokal Di tengah ketidakpastian global akibat ulah tarif resiprokal, aktivitas pameran dagang internasional pada 2025 menjadi peluang strategis bagi pelaku usaha Indonesia untuk memperluas pasar ekspor. Pameran semacam ini dianggap krusial dalam mengatasi dampak dari penurunan akses pasar ekspor ke Negeri Paman Sam. Implikasinya:
Perubahan peta perdagangan dunia akibat kebijakan tarif resiprokal pemerintahan AS Donald Trump mengharuskan eksportir Indonesia meningkatkan daya saing dan lebih aktif menjajaki pasar baru melalui pameran dagang. Masalahnya, eksportir Indonesia harus bersaing dengan negara-negara yang memiliki karakteristik ekspor serupa, seperti Vietnam, Thailand, dan Bangladesh. Mereka juga menghadapi eksportir Cina yang agresif mencari pasar baru akibat tarif tinggi dari AS Kenapa ini penting:
Dalam kondisi ekonomi global yang berubah cepat, pameran dagang bisa menjadi salah satu jembatan utama dalam mempertahankan dan memperluas pasar ekspor dalam negeri. Partisipasi yang strategis dan terencana dapat mengukuhkan posisi Indonesia di rantai pasok dan perdagangan internasional. |
| | | | | Tips untuk mengupayakan work life balance bagi kalangan profesional |
| Menemukan keseimbangan antara pekerjaan dan kehidupan pribadi menjadi tantangan tersendiri bagi setiap profesional. Langkah untuk menemukan keseimbangan ideal adalah dengan memeriksa "kompas internal" dari hasil yang ingin dicapai setiap individual. Dengan pendekatan yang terencana dan sedikit kreativitas, berikut sejumlah tip untuk menggapai keseimbangan kerja dan hidup yang lebih baik: Kenali bagaimana cara otakmu bekerja
Manfaatkan teknik produktivitas seperti timer Pomodoro untuk bekerja dalam sesi fokus singkat. Hindari gangguan lain agar fokus waktu pekerjaan kamu jadi lebih efisien.
Atur blok waktu untuk tugas berbeda
Tentukan waktu khusus untuk memeriksa pesan, mengadakan rapat, dan melakukan pekerjaan yang memang membutuhkan konsentrasi tinggi. Sesuaikan dengan waktu di mana kamu merasa dirimu berada di kondisi paling produktif.
Tetapkan batas waktu kerja
Pekerjaan cenderung mengisi seluruh waktu yang tersedia, apalagi jika bekerja dari rumah. Mulailah menetapkan batasan waktu untuk mengakhiri pekerjaan dan perkokoh waktu kehidupanmu di luar jam bekerja dengan mematikan perangkat workstation atau mengunci ruang kerja.
Manfaatkan teknologi untuk membantumu melepaskan diri
Gunakan aplikasi untuk memblokir situs yang mengganggu saat bekerja dan blokir perangkat kerja di luar jam kerja. Jika memungkinkan, pisahkan perangkat kerja dan keperluan pribadi.
Luangkan waktu untuk makan siang
Bahkan jika bekerja di rumah, cobalah untuk bepergian makan siang atau terhubung dengan rekan kerjamu. Perubahan suasana akan menyegarkan dan mengingatkanmu terhadap hal-hal lainnya di luar seriusnya pekerjaan, seperti relasi teman bekerja, update kehidupan sosial, dan lainnya.
Temukan hobi di luar pekerjaan
Memiliki aktivitas yang menyenangkan setelah bekerja akan memudahkan kamu melepaskan diri dari pesan kerja atau mengakhiri hari pada waktu yang ditentukan. Hobi secara tidak langsung memberi energi dan juga vitalitas baru.
Berkomunikasilah dengan atasan
Ketidakseimbangan kerja-hidup seringkali diperburuk oleh rasa takut tidak berbuat cukup untuk tempatmu bekerja. Coba bicarakan dengan leader kamu, apakah mereka dapat membantumu memprioritaskan tugas? Jika beban kerja terlalu banyak, diskusikan juga kemungkinan untuk menambah bantuan atau menyederhanakan tugas.
|
| | | | |  | Sajian data kali ini menampilkan tujuh grafik mengenai kinerja keuangan Bukalapak, mulai dari pendapatan, laba bruto, laba (rugi) bersih, EBITDA, beban, hingga kas. Lihat sajian selengkapnya di sini. |
| | | | Kemenristekdikti gaet Peruri untuk peluang digitalisasi ijazah
Ekspansi ini diupayakan setelah startup asal Cina tersebut mengantongi pendanaan seri B+ dari GSR Ventures dan Zhilin Capital. |
| | Kemenkraf dan AGI luncurkan program pelatihan Google X Unity
Kerja sama ini diharapkan berdampak efektif dalam hal digitalisasi dokumen penting seperti ijazah, guna mengatasi aksi pemalsuan ijazah yang terus terjadi di Indonesia. |
| | | |  | TIA Conference 2025 | Jakarta, 22-23 Oktober 2025 Di tengah berbagai tantangan yang melanda ekosistem teknologi kita, mulai dari isu penipuan hingga layoff, semangat untuk terus membangun dan berinovasi justru semakin penting. Untuk itu, mari bersama kita hadapi ketidakpastian ini dan saling menguatkan di Tech in Asia Conference 2025 yang mengusung tema Defy Expectation. Lebih dari sekadar konferensi, ini adalah wadah untuk berbagi strategi, menjalin koneksi, dan mendapatkan insight agar kita bisa terus maju dan melampaui ekspektasi di tengah situasi yang ada. Kabar baiknya, tiket early bird untuk Tech in Asia Conference 2025 telah dibuka! Dapatkan diskon spesial hingga 70%. Jangan lewatkan kesempatan ini untuk berinvestasi pada diri sendiri dan masa depan teknologi Indonesia yang lebih tangguh. Dapatkan tiketnya [di sini]. |
|  | The 2025 Asia Grassroots Forum hosted by Amartha| Bali, 21-23 Mei 2025 Tahukah kamu potensi besar di balik 4 miliar orang pelaku ekonomi akar rumput? Ingin tahu bagaimana teknologi, termasuk AI, dapat mengakselerasi pertumbuhan inklusif dan memberdayakan komunitas yang sering terpinggirkan? Bergabunglah di The 2025 Asia Grassroots Forum hosted by Amartha dan temui para pemimpin visioner seperti Retno Marsudi, UN Secretary-General's Special Envoy on Water, Cuah Kee Heng CFO Temasek Trust, Rino Donosepoetro, Cluster CEO Indonesia & ASEAN Markets Standard Chartered Bank, Dirk van Quaquebeke, Managing Partner BEENEXT, dan Grace Tahir, co-founder Everest Media Indonesia untuk mendapatkan insight transformatif dan strategi inovatif. Lebih dari sekadar dialog, kamu juga berkesempatan melihat langsung inisiatif akar rumput melalui kunjungan lapangan.
Ini adalah peluang emas bagi investor, pelaku teknologi, pembuat kebijakan, dan pemimpin organisasi untuk menjalin koneksi, menemukan peluang baru, dan menjadi bagian dari solusi nyata. Jangan lewatkan! Daftar sekarang dan raih kesempatan untuk berkontribusi pada masa depan ekonomi Asia yang lebih inklusif. Klik di sini untuk registrasi gratis! |
| |
|
|
|
| |
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar